— Saluran pernapasan merupakan organ yang paling terkena dampak fatal saat seseorang terinfeksi virus Corona COVID-19. Gejala yang timbul biasanya sesak napas, demam, hingga paling parah pneumonia.
Tetapi, dampak yang terjadi pada tubuh tidak hanya pada bagian itu saja. Ada banyak sekali dampak lain yang bahkan tidak pernah terpikir sebelumnya.
Semakin banyaknya variasi gejala yang terjadi pada pasien virus Corona, dirangkum sebagai berikut.
1. Diare
Sebuah penelitian mengungkapkan ternyata diare juga banyak dikeluhkan oleh pasien corona. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan terhadap 204 pasien di Wuhan.
Sekitar 99 pasien atau 48,5 persen yang masuk ke rumah sakit mengeluh dengan masalah pencernaan. Padahal mereka sebelumnya tidak memiliki riwayat sakit perut apapun.
Riset ini mengungkap, pasien COVID-19 dengan masalah pencernaan cenderung lebih lama mencari pertolongan ke rumah sakit. Mengutip CBSnews, rata-rata butuh waktu 9 hari untuk datang ke rumah sakit.
2. Kehilangan kemampuan penciuman dan perasa
Para ilmuwan di King’s College London mengatakan gejala yang paling akurat untuk mengidentifikasi pasien COVID-19, yaitu kehilangan indra penciuman dan perasa. Sekitar 59 persen pasien yang dinyatakan positif COVID-19 mengalami itu.
Gejala ini disebut lebih akurat untuk mendiagnosis COVID-19 dibandingkan dengan gejala demam seperti yang selama ini dilaporkan. Biasanya ini terjadi di saat tahap awal penyakit.
“Orang-orang dengan gejala kehilangan fungsi indra penciuman dan perasa ini tiga kali lebih mungkin membuktikan bahwa ia terinfeksi COVID-19. Jika itu terjadi, kami menyarankan mereka untuk mengisolasi diri guna mengurangi penyebaran penyakit,” kata peneliti utama Profesor Tim Spector dari King’s College.
3. Mata merah
American Academy of Opthalmology memberikan peringatan pada semua petugas tenaga medis, bahwa virus corona dapat menyebabkan konjungtivitis. Ini menyebabkan mata dan sekitarnya menjadi merah.
Kondisi ini telah dialami oleh seorang perawat asal Amerika Serikat, Chesley Earnest saat menangani pasien virus corona. Ia mengatakan, hampir semua pasien yang bergejala berat itu matanya memerah.
Menurut jurnal dari JAMA Ophthalmology, sebanyak 12 dari 38 pasien memiliki gejala yang terkait dengan konjungtivitis, seperti hiperemia konjungtiva (peningkatan pembuluh darah pada mata), kemosis (kelopak mata membesar), epifora (mata berair), atau peningkatan sekresi. Gejala ini lebih sering dialami oleh pasien COVID-19 yang lebih parah. Kemungkinan bisa ditularkan dari air mata.
4. Gangguan saraf
Ternyata penyakit saraf juga bisa menjadi satu gejala COVID-19. Ahli menyebut ada kemungkinan virus corona tersebut bisa menyerang otak. Hal ini dialami pasien berusia 74 tahun dari Amerika Serikat yang kehilangan kemampuan bicaranya setelah mengeluh demam dan batuk.
Gejala penyakit saraf yang pernah dilaporkan pasien, di antaranya kejang, kebingungan, pusing, sakit kepala, mengigau, kebas, hingga stroke. Studi yang dipublikasi dalam British Medical Journal (BMJ) pada 26 Maret 2020 menyebut sekitar 22 persen dari 113 pasien positif corona yang meninggal di Wuhan mengalami gejala gangguan saraf.
Ada teori lain yang menyebut bahwa kemungkinan gejala penyakit saraf muncul karena adanya penurunan fungsi paru-paru, dan berdampak pada kekurangan oksigen ke otak.
5. Nyeri otot
Para ahli mengungkapkan bahwa nyeri otot bisa menjadi tanda dari virus Corona COVID-19 yang serius. Ahli penyakit menular, Megan Coffee, mengatakan nyeri otot dalam yang dikenal sebagai mialgia sering terlihat pada pasien COVID-19.
Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gejala nyeri otot tersebut terjadi pada 15 persen pasien virus corona. Dikutip dari The Sun, nyeri ini disebabkan oleh bahan kimia yang disebut sitokin yang dilepaskan ke dalam tubuh sebagai respon terhadap infeksi.
6. Nyeri pada testis
Seorang pria dinyatakan positif COVID-19, tapi tidak mengalami gejala umum seperti batuk dan sesak napas. Namun, ia merasakan nyeri di bagian testisnya.
Setelah pemeriksaan X-ray dokter mengatakan testisnya dalam keadaan normal. Saat melakukan CT Scan, dokter menyatakan bahwa dirinya mengalami pneumonia hingga akhirnya dinyatakan positif terinfeksi virus Corona.
Dikutip dari Daily Mail, para dokter di Harvard Medical School tidak mengatakan bahwa nyeri testis adalah salah satu gejala virus Corona, tetapi mengingatkan adanya gejala ‘atipikal’ dari COVID-19.
7. Muncul ruam pada kulit dan gatal-gatal
Para ahli kulit dari Perancis percaya bahwa ruam dan gatal tanpa sebab yang terjadi pada kulit, bisa jadi gejala infeksi virus Corona. Hal ini dialami oleh beberapa pasien COVID-19 yang ada di negara tersebut dan mengalami rasa gatal.
Gejala yang muncul pada kulit terlihat bintik-bintik merah yang mirip dengan bekas radang dingin. Akhirnya lebih dari 400 dokter kulit dari Uni Nasional Perancis Dermatologis-Venereologis (SNDV) mendesak dokter untuk memeriksa pasien yang memiliki gejala tersebut.
Selain itu, dikutip dari Mirror, Direktur Penyakit Infeksi di ProHealth Care Associates Amerika Serikat, Daniel Griffin mengatakan bahwa rasa seperti terbakar di kulit juga mungkin disebabkan virus Corona. Ia mengatakan, sensasi terbakar ini bisa terjadi karena respon imun terhadap sistem saraf penderitanya.
8. Lebih sering kencing dan diare
Gejala lain yang juga dilaporkan terkait COVID-19 adalah intensitas buang air kecil lebih tinggi dari biasanya dan diare. Ahli kesehatan Dr Diana Gall mengatakan hal ini mungkin jadi gejalanya.
“Masalah pencernaan seperti kebiasaan buang air kecil atau besar lebih sering memang bisa jadi tanda penyakit lain. Tapi, diare sendiri sudah dilaporkan sebagai gejala awal pasien positif COVID-19,” ujarnya yang dikutip dari The Sun.
Menurut studi yang diterbitkan oleh American Journal Gastroenterology, setelah menganalisis 204 pasien COVID-19 di Hubei, China, menemukan bahwa hampir 50 persennya mengalami diare, muntah, atau nyeri pada perut di awal gejala.
9. Kabut otak
Beberapa orang yang positif COVID-19 juga mengalami gejala kabut otak atau kelelahan mental. Meskipun belum dipastikan secara resmi, tapi hal ini dialami oleh beberapa pasien COVID-19, salah satunya Thea Jourdan.
Mengutip dari The Sun, ia mengalami kabut otak yang diawali dengan merasa lelah yang hanya ingin tetap di tempat tidur. Ia tidak batuk dan demam, tapi ia merasakan sensasi seperti menghirup bedak di paru-paru.
“Aku juga punya kabut otak. Aku bahkan tidak bisa mengisi formulir dari sekolah anak-anakku. Aku hanya ingin tidur,” jelasnnya.
10. Kelelahan ekstrem
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa hampir 40 persen dari 60 ribu pasien positif virus Corona mengalami kelelahan yang ekstrem di awal gejala. Dikutip dari CNN, rasa lelah yang ekstrim ini bisa berlanjut sampai virus itu hilang dari tubuh.
Beberapa orang yang sudah pulih dari virus Corona COVID-19 mengatakan, bahwa rasa lelah yang ekstrim terus berlanjut. Bahkan selama masa pemulihan pun masih terasa.