— Selebgram sekaligus pengusaha Sarah Keihl menghebohkan publik dengan candaannya untuk melelang keperawanan demi membantu korban corona.
Dalam klarifikasinya, Sarah menyebut lelang keperawanan adalah sarkasme untuk menyindir orang-orang pelanggar aturan Covid-19.
Namun, tindakan Sarah ini dianggap sebagai cara dirinya untuk mendapatkan status viral atau populer.
Pendapat ini dikemukakan oleh pakar gender dan media Dra. Sri Kusumo Habsari, M.Hum.,Ph.D.
Habsari yang merupakan Dosen Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, menyebut status Sarah sebagai influencer atau pegiat media sosial menjadi alasan utamanya untuk membuat sensasi lelang keperawanan.
Menurut Habsari, Sarah menyadari bahwa citra negatif di mata masyarakat Indonesia tak akan melekat lama.
Masyarakat Indonesia akan mudah lupa mengenai sensasi yang dibuat Sarah, sehingga nantinya martabat atau kehormatan yang tercoreng seolah bukan menjadi masalah.
“Sebagai seorang yang sangat akrab dengan media sosial, dia tahu kalau masyarakat Indonesia mengidap amnesia dalam hal pemberitaan,” ujar Habsari , Kamis (21/5/2020).
“Seseorang tidak perlu menjaga martabat maupun kehormatannya karena masyarakat mudah mengutuk dan kemudian berubah menjadi memuja,” sambungnya.
Dari kacamata seorang feminis, melelang keperawanan adalah hak seorang wanita.
Namun, lelang keperawanan yang Sarah klaim sebagai candaan ini sudah melanggar norma sosial di masyarakat.
Sedangkan sebuah candaan tak pantas untuk disebut sebagai candaan jika sudah melanggar norma.
“Bagi seorang feminis, meskipun melelang keperawanan adalah hak dia, tetapi secara nilai budaya melanggar norma masyarakat,” paparnya.
Candaan Sarah ini jelas tidak sejalan dengan prinsip kaum feminis.
“Pernyataan dia tidak akan mendapat respek dari kaum feminis karena tujuan kaum feminis adalah memberdayakan perempuan,” kata Habsari.
“Sehingga memiliki kesetaraan akses terhadap ekonomi, sosial dan politik yang mensejahterakan, imbuhnya.
Dosen lulusan Flinders University Australia ini menyebut masyarakat Indonesia adalah masyarakat komunal dan norma sosial masih ditegakan.
Sehingga wajar jika banyak tanggapan negatif terhadap tindakan Sarah, meskipun nantinya anggapan negatif tak melekat lama pada diri Sarah.
“Karena sifat masyarakat pasca modern adalah amnesia terhadap pemberitaan, maka banyak individu yang bermain-main dengan hal-hal yang melanggar normal sosial untuk mencari viral,” jelasnya.
Habsari melihat tindakan Sarah yang menciptakan kontroversi lalu membuat klarifikasi sebagai bermain-main dengan respons masyarakat.
Selain itu, pemahaman dan penggunaan new media di kalangan masyarakat Indonesia masih terbilang baru.
Sehingga isu kontroversial akan mudah tergantikan dengan isu baru yang ujung-ujungnya menjadi bahan gosip dengan penilaian di permukaan.
“Media baru dipergunakan dalam batas untuk bergosip, belum sampai pada kematangan menilai,” tutur Habsari.
“Lagipula cepatnya pergantian isu membuat tidak sempat juga untuk merenungkan dan menilai sehingga hanya berhenti menjadi gosip saja,” sambungnya.
Sarah Keihl bercanda lelang keperawanan
Diberitakan sebelumnya, pada Rabu (20/5/2020) malam, akun Instagram dan YouTube Sarah Keihl mengunggah video dirinya.
Dalam video itu, ia mengaku miris melihat korban terdampak corona, termasuk pengusaha seperti dirinya.
Sehingga ia hendak melelang keperawanan untuk menggalang dana dimulai dari Rp 2 miliar.
Tak lama setelah unggahan itu viral, Sarah langsung menghapusnya dari Instagram, tak lama kemudian dari YouTube.
Namun pernyataan Sarah itu sudah terlanjur viral dan mengejutkan publik.
Kemudian pada Kamis (21/5/2020), Sarah mengunggah permintaan maaf sekaligus klarifikasi.
Sarah mengaku minta maaf sudah membuat kegaduhan mengenai lelang keperawanan itu.
Ia mengaku hanya bercanda sarkasme dengan tujuan menyindir orang-orang yang tidak taat aturan corona.
Dalam klarifikasinya, Sarah mengaku sadar, caranya salah dan dirinya berhak mendapat sanksi sosial.
Sebagai cara untuk menebus kesalahannya, Sarah pun menyumbangkan 1000 sembako dari dana pribadinya.
Ia juga menegaskan tidak pernah menjual diri dan harga dirinya.