— Studi terbaru menunjukkan virus corona yang menyebabkan Covid-19 merupakan penyakit pembuluh darah. Selama ini Covid-19 dikenal sebagai penyakit yang menyerang saluran pernapasan. Namun, di sisi lain, Covid-19 menunjukkan beragam gejala yang berbeda pada tiap orang.
Penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal medis The Lancet mendapati sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa Covid-19 kemungkinan merupakan penyakit pembuluh darah dan juga infeksi saluran pernapasan.
Ini pula yang menjadi alasan munculnya berbagai gejala yang berbeda pada setiap orang mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Pasalnya pembuluh darah terdapat di seluruh tubuh yang bertugas menyebarkan darah ke semua organ. Selain itu, penelitian sebelumnya mendapati 30 persen pasien sakit parah memiliki gumpalan darah dan pembekuan darah.
Penelitian ini mengamati beberapa pasien Covid-19. Hasilnya, mereka mendapati sel endotel yaitu sel yang membentuk penghalang antara pembuluh darah dan jaringan organ terlibat dalam berbagai masalah atau gejala yang disebabkan oleh virus corona.
Misalnya, pada seorang pasien pria berusia 71 tahun, meninggal dunia karena kegagalan multisistem organ setelah didiagnosis positif Covid-19. Peneliti menemukan bahwa struktur inklusi virus berada dalam sel endotel pasien tersebut. Peneliti juga mendapat sel-sel yang berinflamasi terkait dengan sel endotel di jantung, usus kecil, dan paru-paru.
“Studi ini memiliki implikasi potensial untuk memahami dan mengobati virus corona, yang sering menyebabkan komplikasi yang dianggap tidak biasa untuk penyakit pernapasan,” kata direktur eksekutif American Public Health Association Georges Benjamin kepada Salon.
Pada pasien lainnya seorang perempuan berusia 58 tahun dengan penyakit penyerta berupa diabetes dan hipertensi juga mengalami kegagalan multi-organ setelah positif Covid-19. Menurut peneliti terdapat endotheliitis limfositik atau peradangan sel endotel pada paru-paru, jantung, ginjal, dan hati.
Peneliti juga menyebut bahwa virus corona menggunakan reseptor ACE2 (Angiotensin converting enzyme 2) sebagai jalan masuk ke berbagai sel di di dalam tubuh. Mengutip laman Farmasi UGM, ACE2 adalah enzim yang menempel pada permukaan luar (membran) sel-sel di beberapa organ, seperti paru-paru, arteri, jantung, ginjal, dan usus. Reseptor ACE2 merupakan protein spesifik yang memungkinkan virus corona menginfeksi dan menghancurkan sel-sel manusia sehingga menyebabkan berbagai kerusakan organ.
Protein spike (yang berbentuk seperti paku-paku yang menancap pada permukaan) virus SARS-CoV memiliki afinitas ikatan yang kuat dengan ACE2 manusia berdasarkan studi interaksi biokimia dan analisis struktur kristal. Ikatan dengan reseptor ACE2 inilah yang akan membantu virus SARS-CoV masuk ke dalam sel inangnya.
Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia dokter Tunggul Situmorang menjelaskan virus corona masuk melalui sel ACE2 dan menyebar ke seluruh tubuh. Sel ACE2 terdapat pada saluran napas, sel alveoli paru-paru, ginjal, jantung, saluran cerna dan sebagainya.
“Ia akan masuk semua organ tubuh yg selnya memiliki ACE2 sebagai reseptor atau titik tangkapnya untuk melekat. Sehingga manifestasi klinisnya bermacam-macam,” kata Tunggul kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Manifestasi penyakit itu tergantung dengan organ yang paling bermasalah.
“Tergantung organ mana yang dominan terkena atau bersamaan seluruhnya. Klinis bisa sesak, gagal ginjal akut, gagal jantung, mencret, dan hilang rasa mengecap, kemerahan kulit dan lain-lain,” ucap Tunggul.
Beberapa publikasi medis lain menyebutkan ada pandangan serupa terkait virus corona merupakan penyakit yang menyerang pembuluh darah, selain penyakit saluran pernapasan.
“Temuan ini konsisten dengan semakin banyak bukti ilmiah dan klinis yang menunjukkan bahwa virus SARS-CoV2 dapat menginfeksi dan merusak banyak organ selain paru-paru, seperti ginjal, jantung, usus dan hati, dengan menargetkan endotel sel-sel yang melapisi permukaan bagian dalam pembuluh darah mereka,” tulis Russell Medford, Ketua Global Health Innovation and Global Health Crisis Coordination Center.
Mandeep Mehra, MD, direktur medis dari Brigham and Women’s Hospital Heart and Vascular Center, memiliki pengamatan serupa mengatakan bahwa ada banyak sekali fenomena yang tampaknya tidak berhubungan yang biasanya tidak berhubungan dengan SARS atau H1N1 atau sebagian besar penyakit menular.
“Jika Anda mulai mengumpulkan semua data yang muncul, ternyata virus ini mungkin adalah virus vasculotropic, yang berarti bahwa itu memengaruhi [pembuluh darah],” katanya kepada Medium.